Wednesday, 21 May 2014

Saat Terakhir Dalam Mimpi


Segera kuayunkan langkah dengan penuh kerinduan. Matahari mulai menutup selimutnya yang hitam, angin sepoi-sepoi mulai menyusuri jalan trotoar. Alhamdulillah, akhirnya sore ini aku bias pulang kerumah, setelah kurang lebih tiga setengah bulan disibukkan oleh berbagai kegiatan di pondok. Walaupun hanya tiga hari, tapi cukuplah untuk membendung rasa rindu di hatiku. Tak terasa matahari sudah bersembunyi, gumpalan awan hitam mulai menyebar ke atas permukaan bumi. Tiba-tiba hujan menyergap, disertai dengan angin, petir,dan kilat. Sehingga membuat aku berlari untuk mencari tempat bertedu. Tak lama kemudian tampak tiga orang lelaki datang dari kejauhan menghampiriku seraya memanggil ’’ Andi, tunggu………! Teriak salah satu dari ketiga orang tersebut. Ternyata mereka semua adalah teman-teman ku, yaitu; anto, tono, dan udin.


Tak terasa halte bus sudah di depan mata. Kami pun memutuskan untuk pulang bersama, walaupun jarak rumah kami lumayan jauh. Sesaat kemudian dalam kilatan penglihatanku tampak bus WIDJI yang akan menghampiri kami. Kami pun melambai-lambaikan tangan di sertai dengan serbuan hujan yang sangat deras. Tapi sayang sekali, ternyata bis itu klebiahn muatan jadi meninggalkan kami.
Saat melihat butiran-butiran air yang menetes sesuatu pun terpikirkan olehku.
“ Ton aku pinjam HP nya ya……….? buat SMS ibuku kalau aku minta jemput di perempatan nanti.’’ Pintaku pada tono.
“ Nih hp nya.’’ Balas Tono sambil menyodorkan HPnya ke arahku.
Beberapa menit kemudian setelah mengirim pesan kepada ibuku akhirnya kami mendapati bus,dan melanjutkan perjalanan. Waktu makin lama makin berlalu, sehingga kami merasa nyaman di dalam bus. Beberapa menit kemudian, Tampaklah didalam penglihatanku wanita muda melintas memamerkan baju ketat dan rok mininya.
Astagfirullah, ku palingkan pandanganku melawan hawa nafsu, walau sekejap, namun bayangan tersebut sempat mendesirkan darahku.
Bus masih asyik berlari, sesekali berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Setelah beberapa jam kemudian, tibalah saatku untuk turun, dan berpisah dengan teman-temanku menuju perempatan jalan di pinggir kampus UNISDA. Bus pun berhenti. Bismillahirrahmanirrahim, ucapku sambil melangkahkan kaki meninggalkan bus yang membawaku. Tak terasa hujan deras yang megguyur kota Lamongan sudah berhenti. Langkah perlahan-lahan pun kupijaki seraya mengintip area lorong dan kampus, barangkali ayahku sudah lama menantiku. mulai dari ujung utara hingga ujung selatan tak juga ku temui siapa yang kan menjemputku.

Jam menunjukkan 17.05. Ternyata, belum ada yang menjemputku. Akhirnya kuputuskan niatku untuk berjalan kaki. Sekitar setelah 20 menit berjalan, aku mulai kelelahan. Huh…………….! kuseka beberapa butir keringat di pelipisku. Tak beberapa lama kemudian tampak seorang pemuda berjaket merah, dengan mengendarai sepeda motor mengahmpiriku.
’’ Dik mau kemana kok sendirian.’’ Tanya orang itu.
“ Mau pulang pak, tapi nggak ada yang njemput jadi terpaksa jalan kaki. Jawabku.
“ Ayo ikut bapak aja, nanati kuantar pulang.’’ Balas orang itu lagi.
“ Terimakasih pak…..! Jawabku sambil menaiki motor.
“ Emangnya rumhnya dimana……….?
“ Di pinggir pasar sugio pak.
“Bagus kalo begitu, bapak juga orang sugio. Balas orang itu sambil mengencangkan kecepatan motornya. 30 menit kemudian akhirnya sampailah aku di depan rumah. Sambil tersenyum ku ucapkan terima kasih kepadanya.
Tok,tok,tok. Assalamualaikum, ucapku sambil mengetuk pintu rumahku. Waalaikumsalam, jawab ibuku. Secepat angin segera kuayunkan tanganku untuk menyalami ibuku.
“Bu, tadi aku SMS apakah sudah di terima…..? Tanyaku singkat.
“ Sudah nak, emangnya kenapa, trus dimana bapakmu…?
“Tadi aku pulang sendiri bu, dan belum ketemu dengan bapak.’’
Setelah beberapa menit bercakap-cakap, akhirnya aku tahu kalau bapak masih menungguku disana. Penyesalan dan ketakutan bercampur-baur menjadi kekhawatiran. Dadaku bergetar, jantungku berdetak cepat, segera ku pungut HP ku dan langsung bergegas menaiki sepeda motor milik pamanku. Bismillahihirrahmanirrohim, ucapku sambil melaju dengan kecwepatan 60 km/jam. Ya Allah lindungilah bapakku, hindarkanlah dirinya dari kekhawtiran dan musibah, pertemukanlah aku dengannya kembali ya Allah. Ucapku dalam hati seraya menegaskan penglihatanku ke samping dan ke depan area jalan.
Tit……….titt….Suara truk yang hampir saja menenggelamka tubuhku. Tak terasa sudah hampir 1 jam aku melaju. Tiba-tiba tititit….tit….tititit….tittit…..tititit…titit…..
HPku berbunyi keras. Syukurlah, ucapku. Ternyata ayahku sudah pulang kerumah. Secepat kilat ku berbalik arah, melaju dengan lurus. Tiba-tiba suatu menghantam tubuhku. Allahuakbar, teriakku. Aku menggelepar jatuh, kepalaku terasa sangat sakit, penglihatanku kabur, dan ragaku pun lemah tak berdaya. Bisingan-bisingan keras bergemetar dalam telingaku. Oh…………. Tidaaak……..!!!!! Teriakku, jantungku berdetak keras, ternyata itu hanyalah mimpi dalam tidurku, segera aku bangun ku lihat jam beker yang tergeletak di sebelah kanan ku. Ternyata jam menunjukkan pukul 12.00 malam, Keringat dingin mengalir deras membasahi tubuhku, itulah mimpi yang tak pernah terlupakan dalam pikiranku.